Sebagai profesional, kita sering dihadapkan dengan tantangan tak terduga dalam proses rekrutmen. Hari ini, saya ingin membagikan pengalaman pribadi saya selama menjalani proses perekrutan yang tidak berjalan sesuai harapan. Meskipun saya akan menyamarkan nama perusahaan dan individu yang terlibat, semoga pengalaman ini dapat menjadi pelajaran bagi mereka yang menghadapi situasi serupa. Awal yang Menjanjikan Tahun […]
Sebagai profesional, kita sering dihadapkan dengan tantangan tak terduga dalam proses rekrutmen. Hari ini, saya ingin membagikan pengalaman pribadi saya selama menjalani proses perekrutan yang tidak berjalan sesuai harapan. Meskipun saya akan menyamarkan nama perusahaan dan individu yang terlibat, semoga pengalaman ini dapat menjadi pelajaran bagi mereka yang menghadapi situasi serupa.
Tahun lalu, saya dihubungi oleh sebuah perusahaan yang sedang mempersiapkan peluncuran produk inovatif di ruang Web3. Mereka menunjukkan minat yang besar terhadap keahlian saya dan menawarkan posisi yang sangat sesuai dengan pengalaman saya dalam membangun komunitas dan pemasaran.
Diskusi awalnya sangat menjanjikan, dengan tanggung jawab dan ekspektasi yang telah dijelaskan secara jelas. Saya pun merasa antusias dengan peluang ini dan segera mulai berkontribusi dengan menyusun rencana kerja detail untuk 30-60-90 hari, berisi strategi konkret untuk pertumbuhan dan keterlibatan komunitas.
Selain itu, saya juga menyusun anggaran lengkap untuk mendukung rencana kerja tersebut, mencakup setiap aktivitas seperti meetup, kerja sama dengan influencer, hingga pengadaan merchandise. Saya bahkan memberikan daftar kontak KOL dan influencer untuk membantu perusahaan membangun eksistensinya di wilayah ini.
Sebagai bentuk komitmen, saya juga menjadi perwakilan perusahaan di sebuah acara besar di industri blockchain, memastikan merek mereka tampil di antara para pemangku kepentingan utama.
Seiring waktu, perusahaan mulai menunda timeline rekrutmen dengan alasan keterlambatan peluncuran produk. Meskipun penundaan seperti ini biasa terjadi di startup, saya terkejut ketika perusahaan mulai mempertanyakan kembali kesepakatan yang sebelumnya telah disetujui, termasuk kompensasi yang telah saya usulkan.
Walaupun saya telah memberikan kontribusi nyata, termasuk hasil kerja yang konkrit, komunikasi mereka mulai tidak konsisten. Pembaruan terkait peran, jadwal, dan prioritas menjadi tidak jelas, membuat saya ragu terhadap niat dan komitmen mereka.
Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa perusahaan kesulitan untuk membuat keputusan tentang peran saya. Mereka terus meyakinkan bahwa mereka tertarik, tetapi gagal memberikan kontrak resmi atau tanggal mulai yang pasti. Meski demikian, saya dibiarkan menunggu tanpa kejelasan.
Jika Anda menghadapi situasi serupa, jangan ragu untuk meminta kejelasan atau bahkan mundur jika diperlukan. Perusahaan yang menghargai keahlian Anda akan memprioritaskan transparansi, menghormati waktu Anda, dan memenuhi komitmen mereka.
Walaupun pengalaman ini mengecewakan, saya belajar banyak tentang profesionalisme dan advokasi diri. Saya diingatkan untuk memprioritaskan peluang yang memiliki rasa saling menghormati, transparansi, dan keselarasan nilai.
Untuk orang lain yang menghadapi situasi serupa, kenali nilai diri Anda dan jangan kompromikan hal tersebut. Peluang yang tepat tidak akan meninggalkan Anda dalam keraguan.
Apakah Anda pernah mengalami proses rekrutmen yang serupa? Mari berbagi pengalaman dan belajar bersama untuk membangun komunitas profesional yang menghargai integritas dan saling menghormati.